Siapa yang tidak ingin bisa mendatangi kediaman dan kantor Presiden
Prancis, apalagi jika yang menyambut Presiden sendiri? Mendatangi
bangunan warisan budaya negara, yang biasanya tertutup untuk masyarakat
umum, namun selama dua hari dibuka secara cuma-cuma alias gratis.
Setahun
sekali di Perancis dan beberapa negara Eropa lainnya diadakan hari
warisan budaya, di Perancis dinamakan journée patrimoine. Di Perancis,
kegiatan budaya ini telah berlangsung sejak tahun 1984 yang diresmikan
oleh Menteri Kebudayaan Perancis, Jack Lang.
Di Eropa sendiri,
kegiatan terbukanya pintu bangunan warisan negara ini, mulai berlangsung
sejak 21 tahun yang lalu. Akhir pekan di bulan September biasanya yang
dipilih. Pada hari Sabtu dan Minggu itu, publik diberi kesempatan
mendatangi beberapa tempat, bangunan bersejarah peninggalan para leluhur
secara gratis.
Di Perancis, hal ini dilakukan di setiap kota. Di
Paris, misalnya, yang menjadi incaran publik adalah tempat kediaman
Presiden Perancis. Pengunjung yang datang dari berbagai pelosok daerah
bahkan ada yang datang dari negara lain. Pasalnya pada hari istimewa
itu, yang menyambut para pengunjung bukan orang sembarangan, melainkan
perdana menteri perancis di hari pertama dan tentunya yang paling
dinantikan adalah sang presiden di hari kedua!
Kunjungan unik
seperti itu memang selalu menjadi impian banyak masyarakat. Namun
sayangnya, karena unik maka tiket yang diberikan kepada pengunjung yang
datang pun terbatas. Hal ini tentu saja bisa dimaklumi, karena
pengaturan dalam penataan ketertiban para pengunjung dan sistem keamanan
haruslah tetap dijaga.
Tahun ini hari warisan budaya Eropa
berlangsung pada 15 dan 16 September. Karena terbuka di belahan Eropa
maka, banyak yang menggunakan kesempatan ini sebagai akhir pekan
berwisata ke negara lain.
Di Elysée misalnya, yang mengantre bukan
hanya penduduk Paris saja, ada yang datang satu kota dengan saya, yaitu
Montpellier. Mereka berangkat dini hari dengan kereta hanya untuk
mendapatkan tiket gratis mengunjungi kediaman dan kantor Presiden
Prancis. Beruntung, mereka mendapatkannya.
Selain bisa melihat
beberapa bagian dari Elysée, kita juga berhak mendapatkan
kenang-kenangan berupa foto depan gedung presiden tersebut, mantap kan!
Kenangan indah yang bisa terukir secara gambar dan juga di hati.
Sebenarnya
jangankan di ibu kota tiap negara di Eropa yang banjir dengan lautan
pengunjung. Kota-kota lainnya pun ikut ramai sebagai ajang pertemuan
antara masyarakat untuk menyibak sebuah tempat, seperti gereja, bangunan
milik pemerintah, gedung kehakiman hingga tribunal pengadilannya,
universitas negeri seperti, kedokteran, seni, hukum dan masih banyak
lainnya bangunan yang kita bisa kunjungi pada dua hari tersebut.
Di
Montpellier saja, misalnya, banyak orang yang tak bernasib untung
karena kehabisan tiket mendatangi obyek milik pemerintah berupa
peninggalan bersejarah yang hanya dibuka setahun sekali untuk umum.
Pasalnya, ada beberapa tempat tertentu, yang hanya memperbolehkan
sekitar 200 orang untuk mendatanginya, demi menjaga kelestarian tempat
tersebut.
Yang kami incar di kota saya tinggal adalah Fakultas
Kedokteran Montpellier. Kenapa? Alasannya, akademi ini sangat tersohor.
Fakultas kedokteran Montpellier merupakan salah satu Fakultas Kedokteran
tertua di dunia dan masih digunakan hingga saat ini. Selain itu
fakultas ini juga merupakan fakultas pertama kedokteran yang dibangun di
Perancis.
Fakultas Kedokteran ini memiliki koleksi anatomi tubuh
tertua di dunia serta untuk pertama kalinya diadakan bedah mayat bagi
para mahasiswa dalam ruangan amphithéâtre (amfiteater).
Gedung Fakultas Kedokteran Montpellier bersatu dengan gereja karena zaman dulu penyembuhan selalu berhubungan dengan agama.
Karena
masuk ke dalam fakultas ini tak menggunakan tiket, dalam arti dibuka
untuk umum dari pukul 09.00 hingga pukul 18.00 maka antrean pun terlihat
panjang, khususnya mereka yang ingin masuk ke dalam museum anatomi
tubuh yang hanya dibuka setahun sekali untuk umum. Para mengunjung rela
menunggu selama satu jam untuk melihat berbagai koleksi.
Saya dan
keluarga sengaja datang pukul 9 pagi untuk mengunjungi museum anatomi
dan Fakultas Kedokteran terkemuka itu. Beruntung kami hanya mengantre
sekitar 15 menit. Si bungsu, yang kami kira akan ketakutan melihat
koleksi tubuh yang diawetkan, malah terkagum-kagum. Padahal, yang
dipajang benar-benar membuat reaksi wajah bisa berubah dari kaget hingga
ngeri. Bayangkan melihat beberapa potong bagian tubuh yang telah
diawetkan, bahkan ada yang diawetkan dalam botol-botol.
Saking
banyaknya tempat yang dibuka untuk umum, kami pun harus pintar-pintarnya
memilih mana yang akan menjadi tujuan di hari pertama journée
patrimoine itu. Akhirnya Museum Arkeologi yang menjadi pilihan kedua.
Karena kedua anak kami penasaran ingin melihat peninggalan Zaman Romawi
yang ditemukan saat penggalian trem di kota kami tahun 2000 lalu.
Biasanya
saat kita melewati sebuah bangunan milik pemerintah atau tempat lainnya
yang tak memungkinkan bagi orang umum masuk, sering terlintas dibenak,
kira-kira seperti apa ya dalamnya? Sehari-hari melihat gambar gedung
presiden hanya lewat media, siapa tidak senang kalau diberi kesempatan
untuk mendatangi secara langsung.
Apalagi berkunjung ke ruangan
senat para wakil rakyat melakukan rapat serta mengambil keputusan atau
mendatangi tempat hasil penemuan bersejarah, yang saking rentannya,
hanya bisa dikunjungi setahun sekali. Bukankah suatu hal yang tak boleh
dilewatkan? Karena pengalaman tersebut, menurut saya adalah pengalaman
unik, yang tak setiap orang mendapatkan kesempatan tesebut, karena
keterbatasan waktu.
Bagi saya Perancis tempat saya kini bermukim
adalah negara maju. Namun pemerintahnya masih menaruh perhatian kepada
penduduknya dengan memberikan kekayaan berupa ilmu budaya sejarah,
secara gratis. Memberikan kesempatan kepada masyarakatnya agar
setidaknya setahun sekali bisa melihat dari dekat warisan sejarah
mereka. Memberikan ilmu masih merupakan hal yang utama, demi kekayaan
pikiran bangsanya sendiri.
Saya jadi bertanya mungkinkah hal seperti nantinya bisa diterapkan di negara saya tercinta, Indonesia? (DINI KUSMANA MASSABUAU/Kompas.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar